212

Judulnya gak penting banget. Isinya mungkin juga demikian.

Emang 212 apaan sih?
Nah, bagi penggemar cersil Wiro Sableng (termasuk saya) angka 212 pasti segera membawa ingatan kepada tokoh rekaan Bastian Tito (almarhum).
Lha, trus apa hubungannya dengan blog Tukeranlink?
Nah, itu dia.....

Saya mulai bingung, sebetulnya saya ini "Pendekar Sableng" atau "Gembel Mujur" dalam jagat blog saat ini?
Sableng lantaran nge-blog yang awut-awutan, tapi eh, kok bisa nyerempet sasaran juga. Biarpun cuma nyerempet, tapi yah lumayanlah.
Jadi mirip dengan murid Sinto Gendeng saat beraksi dengan jurus "Kunyuk Melempar Buah".

Tapi lantaran saya sangat tidak pantas mendapat julukan pendekar, maka julukan "Gembel Mujur" mungkin lebih pas buat saya.

Filsafat 212 yang dikemukakan Bastian Tito dalam cersil Wiro Sableng cukup menarik. Menggambarkan penciptaan dan Penciptanya.
Segala sesuatu serba berpasang-pasangan (dua), meski adakalanya tunggal (satu), dan semuanya bersumber kepada Yang Maha Satu, yang menciptakan segala sesuatu tersebut. Hitam putih, gelap terang, dan lain-lain.
Selalu berpasangan.

Di dunia blog?
Blog bagus - blog jelek, posting banyak - posting sedikit, pagerank tinggi - pagerank rendah, berpasang-pasangan kan? Itulah yang ditunjukkan dengan angka 2 dalam filsafat 212.

Selanjutnya semua blog kita adalah unik.
Url yang kita pakai merupakan satu-satunya di dunia. Dan di tengah2 semua yang berpasang-pasangan ada satu zona, yaitu sedang-sedang.
Blog sedang-sedang saja, posting sedang-sedang saja alias gak terlalu banyak, gak terlalu sedikit, pagerank sedang-sedang saja (seperti pagerank saya, he he he... ).
Inilah yang ditunjukkan dengan angka 1 dalam filsafat 212.

Ngomongin 212 saya udah agak jauh dari niat awal. Sebab pada mulanya saya cuma kaget ngeliat angka 212 pada bagian jumlah posting blog Tukeranlink yang telah dipublikasikan.
Ya, jumlah postingan saya yang dipublikasikan telah mencapai 212. Dengan postingan yang sekarang anda baca menjadi 213.

Karena saya melihat angka 212 mengingatkan saya pada almarhum Bastian Tito yang berpulang pada tanggal 2 bulan 1 (maksudnya 2 Januari) 2006.

Wiro Sableng cukup mempengaruhi fantasi remaja saya. Saya mulai membacanya sejak kelas 1 SMA. Kadang beli, kadang minjem ama teman.
Saat kuliah bahkan saya rela ngirit makan demi bisa menyewa serial Wiro Sableng sebanyak-banyaknya di taman bacaan. Sekitar 120 judul telah saya lahap. Sebab di taman bacaan langganan saya cuma ada segitu. Bahkan pernah karena ada mata kuliah yang gak saya senangi, saya lebih memilih membaca Wiro Sableng di taman bacaan ketimbang mengikuti kelas. Akibatnya saya dapat E untuk mata kuliah tersebut (karena gak pernah masuk) dan harus mengulang semester berikutnya.

Ada yang pengen berbagi pengalaman tentang Wiro Sableng? Kasih comment donk....